Senin, 12 November 2012

RPP

1

2

3

4

5

5a

5b

5c

5d

5e

5f

5g

5h

6

6a

6b

6c

6d

6e

6f

7

8

Aliran-aliran Pendidikan

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pandangan Islam, pendidikan sangat mempengaruhi dalam memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan kewajiban bagi pria dan wanita dan berlangsung seumur hidup, semenjak dari buaian hingga ajal datang.

Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini Dewey berpendapat bahwa, pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessity of life), salah satu fungsi sosial (a sosial function), sebagai bimbingan (a divertion), sebagai sarana pertumbuhan (a means of grouth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.

Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan sejalan dengan dinamika serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya, maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian baik secara konseptual dan operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.

Dengan menganalisa berbagai aliran-aliran pendidikan,seperti aliran dan lainnya. maka muncullah berbagai macam disiplin ilmu dengan menggunakan analisa filsafat. Sehingga berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini menemukan kembali relevansinya dan berkemampuan untuk menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.

Begitu juga halnya dalam lapangan pendidikan. Demi menjaga relevansinya dalam kehidupan masyarakat dan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup masyarakat, maka lahirlah filsafat pendidikan yang merupakan cabang filsafat sebagai pembantu dalam memecahkan masalah-masalah, khususnya dalam lapangan pendidikan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dalam makalah ini di rumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan?

2. Bagaimanakah aliran-aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan?

3. Jelaskan dua aliran pokok pendidikan di indonesia?

4. Jelaskan aliran-aliran pembaharuan dalam pendidikan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ialah untuk mengetahui pengertian pendidikan, mengetahui pembagian aliran-aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan, mengetahui aliran pokok pendidikan di indonesia dan mengetahui aliran-aliran pembaharuan dalam pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar menjadi dewasa. Selain itu, pendidkan juga diartikan sebagai usaha yang di jalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

2. Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan

Aliran-aliran klasik berdasarkan pengaruhnya dalam pendidikan di indonesia ialah sebagai berikut:

a.     Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia.

1).   Aliran Empirisme

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.

2).   Aliran  Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.

3).   Aliran Naturalisme

Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan.

4).   Aliran Konvergensi

Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

5).   Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia

Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.

3.     Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia

1).   Pengajaran Alam Sekitar yaitu dengan mendekatkan anak dengan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.

2).   Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.

3).   Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.

4).   Pengajaran Proyek

Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.

4. Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia

Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.

a.     Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.

1).   Asas dan Tujuan Taman Siswa

- Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.

- Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri.

- Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.

- Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.

- Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

- Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengobarkan segala kepentinganpribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Kemudian ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.

­Tujuan Taman Siswa:

- Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.

- Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

2).   Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa

Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.

3).   Hasil-hasil yang Dicapai

Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.

b.     Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat).

1).   Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut:

- Berpikir logis dan rasional

- Keaktifan atau kegiatan

- Pendidikan masyarakat

- Memperhatikan pembawaan anak

- Menentang intelektualisme

Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.

Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:

- Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.

- Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

- Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.

- Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.

- Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

2).   Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.

3).   Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.

c. Aliran-aliran Pembaharuan dalam pendidikan

Adapun aliran-aliran pembaharuan sebagai berikut:

1. Aliran Progressivisme

Aliran Progressivisme, progress (maju) adalah sebuah faham filsafat yang lahir dan sangat berpengaruh dalam abad ke-20. Aliran filsafat ini kelahiran Amerika dan pengaruhnya terasa di seluruh dunia yang mendorong usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan.

Dalam banyak hal aliran progressivisme identik dengan pragmatisme. Apabila orang menyebut pragmatisme, maka berarti progressivisme, begitu pula sebaliknya. Tokoh-tokoh Aliran progressivisme/pragmatisme diantaranya William James, John Dewey, Hans Vaillinger, Ferdinand Schiller dan George Santayara.

Pada dasarnya aliran ini memandang bahwa pendidikan adalah sebagai wadah untuk menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru. Melalui pandangannya ”The Liberal Road Culture”, maksudnya ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat fleksibel, curious, toleran dan open-minded, serta menolak segala otoritarisme dan absolutisme seperti yang terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi. Dan pandangannya tentang menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia yang diwarisi sejak lahir (men’s natural powers), sehingga manusia merupakan makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagai pelaku/subyek di dalam hidupnya. Dengan pandangan-pandangannya tersebut, Aliran progressivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, yang meliputi : ilmu hayat (manusia untuk mengetahui semua masalah kehidupan), antropologi (manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian dapat mencari hal baru), psikologi (manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan dan pengalaman-pengalamannya, dan dapat menguasai serta mengatur sifat-sifat alam).

Aliran progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan pada abad ke-20. Di dalam dunia pendidikan progressivisme banyak meletakkan tekanan dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan anak didik baik secara physic maupun dalam tata berpikir. Oleh karena itu aliran progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter, sebab akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira dalam menghadapi pelajaran dan sekaligus akan mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.

Aliran ini tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian kurikulum eksperimental mengandung ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu metode problem solving.

Siswa dituntut dapat berpikir ilmiah seperti menganalisa, melakukan hipotesa dan menyimpulkannya dan penekanannya kepada kemampuan intelektualnya. W.H. Kilpatrik (yang mengembangkan metode problem solving) mengemukakan tentang kurikulum yang dianggap baik terdiri dari :

· Kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan.

· Kurikulum yang dapat mengubah perilaku anak didik menjadi kreatif, adaptif dan mandiri.

· Kurikulum yang sanggup membina dan mengembangkan potensi anak didik.

· Kurikulum bersifat fleksibel dan berisi tentang berbagai macam bidang studi.

2. Aliran Essensialisme

Essensialisme –essensi (pokok)- merupakan Aliran yang memandang terhadap pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Aliran ini berpedoman pada peradaban sejak zaman Renaissance. Pada zaman Renaissance telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi. Dalam zaman Renaissance muncul tahap-tahap pertama dari pemikiran essensialis yang berkembang selanjutnya sepanjang perkembangan zaman Renaissance itu sendiri. Pada zaman modern sekarang ini dikembangkan lagi oleh para pengikut dan simpatisan ajaran Aliran filsafat tersebut, sehingga menjadi Aliran filsafat yang teguh berdiri sendiri, yang mempunyai ciri-ciri utama yang berbeda dengan aliran progressivisme.

Perbedannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memilki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang tertata dan jelas.

Essensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut idealisme yang bersifat spiritual dan realisme yang titik berat tujuannya adalah mengenai alam dan dunia fisik. Adapun beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran essensialisme, yaitu :

· Desiderius Erasmus (akhir abad 15)

· Johan Amos Comenius (1592-1670)

· John Locke (1632-1704)

· Johan Heinrich Pestalozzi (1746-1827)

· Johan Friedrich Frobel (1782-1852)

· Johan Friedrich Herbert (1776-1841)

· William T. Harris (1835-1909)

3.  Aliran Perennialisme

Perennialisme diambil dari kata perennial, yang artinya kekal atau abadi. Dari makna yang terkandung dalam kata itu, Aliran perennialisme mengandung kepercayaan filasafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran filsafat ini termasuk pendukung yang kuat dari filsafat essensialisme. Pendiri utama dari filsafat ini adalah Aristoteles yang kemudian didukung dan dilanjutkan oleh Thomas Aquinas, sebagai reformer utama pada abad ke-13.

Dengan melihat kehidupan zaman modern telah menimbulkan banyak krisis, di bidang kehidupan umat manusia. Untuk mengatasi krisis ini, perennialisme memberikan jalan keluar berupa “regressive road to culture”. Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal, untuk supaya sikap yang membanggakan kesuksesan dan memulihkan kepercayaan pada nilai-nilai asasi masa silam.

Prinsip-prinsip pendidikan perennialisme tersebut, perkembangannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.

4.  Aliran Rekonstruksionisme

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris “rekonstruct”, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks pendidikan, Aliran ini adalah suatu Aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan Aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern.

Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki Aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang perennialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara sendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau dikenal dengan “regressive road to culture” yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu Aliran rekonstruksionisme menempuh dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru pada seluruh lingkungannya. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan, rekonsruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.Kemudian aliran ini memiliki potensi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sungguh bukan hanya sekedar teori tetapi harus menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme dan agama (kepercayaan).

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.  Aliran klasik terdiri dari aliran empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi dan pengaruh aliran klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia. Kemudian, dua aliran pokok pendidikan indonesia ialah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Aliran pembaharuan dalam pendidikan terdiri dari aliran progressivisme, essensialisme, perennialisme, dan rekonstruksionisme.

3.2 Saran

           Diharapkan kritik dari para pembaca makalah ini agar dalam penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Redja Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Joseph Mbulu, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium Teknologi Pendidikan.

Implikasi dan Upaya Pemecahan Masalah Peserta Didik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan bagi manusia akan semakin kompleks ketika mereka menginjak usia remaja, usia dimana mereka masih berada di jenjang pendidikan usia sekolah menengah. Pada masa itulah mereka mulai mengenal lingkungan atau masyarakat lebih luas. yang selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang lebih rumit dan memerlukan penanganan yang sangat serius.

Permasalahan bagi peserta didik usia sekolah menengah timbul baik dari intern ataupun elstern yang kesemuanya sangat mengganggu proses belajar dan pembelajaran peserta didik di usia itu. Keingin tahuan pada usia sekolah menengah sangatlah besar karena pada masa itu mereka mencari jati diri dan figur yang di idolakan oleh mereka.

Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengemban fungsi pendidikan (transformasi nilai dan norma sosial). Dalam kaitan dengan pendidikan, peran sekolah tidak jauh berbeda dengan peran keluarga, yaitu sebagai tempat perlindungan jika anak mengalami masalah. Bagi seorang pendidik haruslah tahu keadaan peserta didiknya dan harus bisa mengarahkan pada hal-hal yang positif, sehingga peserta didik pada usia sekolah menengah tersebut akan terarah pada hal-hal positif. Pendidik juga harus mengetahui gejala-gejala yang terdapat pada peserta didik dan memberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi keadaan peserta didik. Selain itu, di setiap sekolah lanjutan diadakan guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Dalam makalah ini, membahas tentang permasalah danupaya penanganan masalah penyesuaian diribpeserta didik usia sekolah menegah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri peserta didik usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan?

2. Apa saja masalah penyesuaian diri yang ada di peserta didik usia sekolah menengah (remaja)?

3. Bagaimana karakteristik masalah peserta didik usia sekolah menengah (remaja)?

4. Apa saja masalah peserta didik usia sekolah menengah (remaja)?

5. Bagaimana penanganan masalah remaja dengan cara mekanisme pertahanan diri?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri peserta didik usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan.

2. Mengetahui masalah penyesuaian diri yang ada di peserta didik usia sekolah menengah (remaja).

3. Mengetahui karakteristik masalah peserta didik usia sekolah menengah (remaja).

4. Mengetahui masalah peserta didik usia sekolah menengah (remaja).

5. Mengetahui penanganan masalah remaja dengan cara mekanisme pertahanan diri.

BAB II

PEMBAHASAN

Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengarungi oleh faktor- faktor lingkungan dimana  kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang salah, sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun terhadap lingkungannya.

Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang menyesuaikan  sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi- frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan emosional.  Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya.

2.1 Upaya Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengemban fungsi pendidikan (transformasi nilai dan norma sosial). Dalam kaitan dengan pendidikan, peran sekolah tidak jauh berbeda dengan peran keluarga, yaitu sebagai tempat perlindungan jika anak mengalami masalah. Oleh karena itu, di setiap sekolah lanjutan diadakan guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang di hadapinya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja di sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi siswa, baik secara sosial, fisik maupun akademis.

2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.

3. Berusaha memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun aspek pribadinya.

4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang mendorong gairah belajar.

5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.

6. Menciptakan ruangan kelas yang memenuhi syarat kesehatan.

7. Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan dipahami siswa.

8. Adanya keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.

9. Mendapatkan kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam menjalankan kegiatan pendidikan.

10. Melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik-baiknya.

2.2 Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

Pada masa sekolah usia menengah pertama banyak sekali permasalahan. Semua itu diantaranya meliputi gangguan perilaku dan gangguan belajar sosok pendamping saat anak melaksanakan aktivitas sehari-hari adalah orang tua dan guru, peran mereka sangatlah penting dalam penentuan masa depan anak, dan kesehatan. Persoalan-persoalan tersebut dapat menghambat penyesuaian diri dan kegiatan belajar. Oleh karena itu, perkembangan penyesuaian diri remaja sangat bergantung pada sikap orangtua, suasana psikologis, dan sosial dalam kehidupan keluarga.

Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan yang bersifat tetap sejak awal, orangtua tidak merasa sayang karena berbagai sebab, seperti tidak menghendaki kelahiran. Kedua, akibat penolakan itu adalah pura-pura tidak tahu keinginan atau masalah anak. Sebagai akibat dari kedua jenis, remaja tidak betah dan tidak dapat menyesuaikan diri secara sehat, sehingga cenderung menghabiskan waktunya diluar rumah.

Sikap orangtua yang memberikan perlindungan berlebihan juga berakibat tidak baik. Remaja yang mendapatkan perlindungan dan kasih sayang berlebihan akan menyebabkan seorang anak tidak dapat hidup mandiri. Ia selalu mengharapkan bantuan dan perhatian kepada orang laindan berusaha menarik perhatian orang lain serta beranggapan bahwa perhatian seperti itu adalah haknya.

Sikap orangtua yang otoriter, yang memaksakan otoritasnya kepada remaja,juga akan menghambat proses penyesuaian diri mereka. Remaja akan berani melawan dan menentang orangtuanya. Dan berbalik pada sikapnya sendiri yang otoriter terhadap temannya, bahkan pada orang lain yang lebih dewasa.

Jelaslah bahwa masalah penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari keretakan keluarga atau akibat overproteksi. Hasil penelitian psikologis membuktikan bahwa remaja yang hidup dalam rumah tangga yang tidak harmonis cenderung akan mengalami masalah emosional, yang terlihat dari adanya kecenderungan marah-marah, suka menyendiri, serta gelisah dibandingkan dengan remaja lainnya yang hiduo dalam keluarga harmonis.

2.3 Karakteristik Masalah Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

Bagi sebagian besar orang yang sudah beranjak dewasa, bahkan melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Adapun bagi orangtua yang memiliki anak berusia remaja, mereka merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remajanya masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata mereka, ia masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya sering tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianngap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengategorian remaja. Hal ini karena usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18), kini terjadi pada awal belasan, bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami purbetas, namun tidak berarti ia sudah bias dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa meskipun di saat yang sama, ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya, sering mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun sering perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun, satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk memahami remaja, perlu dilihat berdasarkan dimensi-dimensi tersebut.

a. Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas, yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri maupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis, dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seseorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

b. Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terrakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.

c. Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode saat seseorang mulai banyak bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada disekitarnya.

d. Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini, mood (suasana hati) bias berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Real Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk melakukan hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang dratis pada para remaja ini dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meskipun mood remaja mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

2.4 Beberapa Masalah Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

a. Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas masa remaja dan dewasa nanti. Sampai sekarang masih terdapat perbedaan dalam menentukan usia anak. Menurut UU No.20 tahun 2002 tentang perlindungan anak dikatakan bahwa usia anak adalah sebelum usia 18 thun dan belum menikah. American Academic of Pediabic tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak, yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya.

Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan yang sudah lengkap. Anak usia sekolah, baik tingkat prasekolah, sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini, banyak permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Semua itu meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar. Semua ini akan menghambat pencapaian prestasi anak di sekolah. Sayangnya permasalahan tersebut kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua maupun guru.

Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktivitas kehidupan setiap hari. Peran mereka sangat dominan dan menentukan kualitas hidup anak di masa depan. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah. Deteksi dini gagguan kesehatan pada anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang diakibatkan berbagai penyakit. Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah diharapkan dapat tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat, dan berprestasi.

1) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, dan ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik. Adapun perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu. Kedua kondisi tersebut terjadi sangat berkaitan dan sangat mempengaruhi setiap anak.

a) Jasmani

Adanya perubahan jasmani yang mendadak dan cepat iramanya sehingga menimbulkan kebingungan dalam diri anak. Secara biologis, ia telah matang dan siap untuk berperan sebagai pria atau wanita.

b) Jiwa

Perkembangan kecerdasan berkembang secara pesat, berpikirnya makin logis, dan kritis, fantasi makin kuat sehingga seringkali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita-cita, mencari realita, kebenaran dan tujuan hidup.

c) Rohani

Kehidupan agamanya berada dalam persimpangan jalan, ada perasaan tidak aman karena terjadi perubahan fisik, emosi, dan juga berpengaruh pada imannya sehingga kadang-kadang kekuasaan tradisi kepercayaan dianggap mempersempit kebebasan dirinya yang banyak menuruti keinginan diri sendiri (suara hatinya).

d) Sosial

Pengaruh yang besar datang dari kelompoknya (teman sebaya), perubahan perilaku berhubungan dengan kehidupan bersama, suka berkelompok dan masyarakat, ingin maju, suka membantu, sopan dan memperhatikan orang lain, dan sebaganya.

2) Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Secara epidermis, di Indonesia, penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah masih tinggi. Kasus infeksi seperti demam berdarah dengue, diare, cacingan, infeksi saluran pencernaan akut, serta reaksi simpangan terhadap makanan akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan. Selain itu, risiko gangguan kesehatan pada anak akibat pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan pembangunan yang semakin meningkat, seperti semakin meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisingan, limbah industri dan rumah tangga, serta bencana. Selain lingkungan, masalah yang harus diperhatikan adalah bentuk perilaku sehat pada anak sekolah.

Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD biasanya berkaitan dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri. Pada anak usia SLTP dan SMU (Remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku berisiko, seperti merokok, perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tidak diingini, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.

Permasalahan yang lain yang belum begitu diperhatikan adalah masalah gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak. Selanjutnya, akan dibahas tentang permasalahan kesehatan anak usia sekolah, diantaranya adalah penyakit menular, penyakit noninfeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan dan perilaku.

a) Penyakit menular pada anak sekolah

Penyakit yang cukup mengganggu dan berpotensi mengancam jiwa adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah merupakan tempat yang paling memungkinkan sebagai sumber penularan penyakit infeksi pada anak usia sekolah. Infeksi menular yang dapat menular di lingkungan sekolah adalah: demam berdarah dengue, infeksi tangan mulut, campak, rubela (campak jerman), cacar air, gondong dan infeksi mata (konjungtivitas virus).

b) Penyakit noninfeksi

Penyakit noninfeksi ini tidak bisa menular tapi sangat membahayakan bagi anak yang terjangkit, anak yang terjangkit penyakit noninfeksi akan berakibat juga pada pertumbuahan anak sekolah. Penyakit noninfeksi ini meliputi: Alergi, infeksi parasit cacing, dan gangguan pertumbuhan.

c) Gangguan perkembangan dan perilaku anak sekolah

Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sangatlah luas dan bervaiasi. Gangguan yang dapat terjadi pada anak sekolah adalah gangguan belajar, konsentrasi, bicara, emosi, hiperaktif, ADHD, hingga autism.

3) Imunisasi Usia Sekolah

Menurut Program Pengembangan Imunisasi yang direkomendasikan Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Imunisasi wajib yang harus diberikan untuk anak usia sekolah adalah DPT dan polio untuk anak kelas 1 SD, DT dan Tf untuk anak kelas VI dan polio ulang saat anak 16 tahun dan imunisasi campak ulang pada kelas 1 bila belum mendapatkan imunisasi MMR. Bila sebelum usia sekolah belum melakukan imunisasi, program imunisasi yang dilakukan adalah MMR dan cacar air.

4) Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah

Untuk peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkuasa, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan strategis; untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan diseluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep Sekolah Sehat atau Health Promoting School (Sekolah yang mempromosikan kesehatan).

5) Kesehatan Reproduksi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah

Remaja adalah masa peralihan antara taap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda. Cirinya adalah alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakwanan yang kuat terhadap teman sebaya, dan belum menikah. Kurun usia remaja sering disebut sebagai peralihan periode strum und drang, yaitu periode peralihan antara anak-anak dan masa remaja dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari identitas diri, memantapkan posisi dalam masyarakat tersebut, dan sebagainya.) maupun oleh pertumbhan fisik (perkembangan tanda-tanda seksual sekunder, pertumbuhan tubuh yang tidak proporsional, dan sebaginya.) dan perubahan emosi (lebih peka, lebih cepat marah, agresif, dan sebagainya), serta perkembangan intelegasinya (makin tajam bernalar, makin kritis, dan sebagainya).

Kurun usia remaja ini berbeda-beda panjangnya dari waktu ke waktu dan tempat ke tempat. Pada masyarakat primitif (pedesaan), usia remaja relatif singkat. Karena pada waktu anak sudah menunjukkan tanda-tanda akhil balig, dilakukan upcara inisiasi dan setelah itu anak sudah berstatus dewasa. Syaratnya pun tidak terlalu berat, asalkan bisa membantu ayah di sawah atau membantu ibu di dapur. Adapun pada masyarakat modern, kurun usia remaja bisa lebih panjang, antara 11-24 tahun. Penyebabnya adalah semakin awal tanda-tanda akil balig, maka persyaratan untuk menjadi remaja semakin berat (harus sekolah dulu, punya pekerjaan dulu).

Dengan panjangnya akil balig pertama sampai kematangan sosial yang diharapkan, akan menimbulkan peluang lebih besar bagi hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya: kehamilan tanpa rencana, kawin muda, aborsi, dikeluarkan dari sekolah, anak luar nikah dan penyakit menular seksual, termasuk AIDS. Hal ini didorong oleh penyebaran pornografi dan rangsangan seksual lainnya sehubungan makin canggihnya teknologi media dan komunikasi massa.

Cara-cara yang dapat diambil untuk mengurangi seks bebas adalah agama, dan pendidikan seks. Apabila para remaja mengenal pendidikan agama dan mempunyai iman yang kuat, agama akan dapat menjadi benteng dari perbuatan-perbuatan maksiat. Cara lainnya adalah dengan memberikan pendidikan seks, pendidikan seks bukan hanya penerangan tentang seks, tetapi mengandung makna nilai-nilai (baik-buruk, benar-salah).

b. Masalah Remaja dan Rokok

Meskipun semua orang tau bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, akan tetapi para perokok tidak pernah surut dan tampaknya dapat di tolerir oleh masyarakat. Hal yang paling memprihatinkan adalah usia perokok yang setiap tahun semakin muda. Bila dulu orang mulai berani merokok saat SMP, maka sekarang anak-anak SD kelas 5 sudah merokok secara diam-diam.

1) Bahaya rokok

Rokok sangat merugikan bagi kesehatan, akan tetapi masih banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker.

2) Tipe-tipe perokok

Seseorang dapat dikatakan sebagai perokok berat apabila mengkonsumsi 31 batang rokok setiap harinya dan selang merokoknya 5 menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri 1991), ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat type tersebut adalah:
a) Type perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.

b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.

c) Perilaku merokok yang adiktif.

d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

3) Penyebab remaja merokok

a) Pengaruh orang Tua

b) Pengaruh teman

c) Faktor kepribadian

d) Pengaruh iklan

4) Upaya pencegahan

Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok akan membuat mereka tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa, atau kebiasaan keluarga atau orang tua.

c. Remaja dan Perilaku Konsumtif

Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks perekonomian, baik di dunia usaha maupun rumah tangga. Namun kata ini telah berkembang artinya sebagai suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu. Belanja juga mempunyai arti tersendiri bagi remaja.
1) Pola hidup konsumtif

Kata konsumtif berarti keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan dengan mencapai tujuan dengan kepuasan maksimal.

2) Perilaku konsumtif remaja

Bagi produsen, kelompok usia remaja merupakan salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikut teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagaian produsen untuk memasuki pasar remaja.
d. Perkelahian Pelajar

Perkelahian atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi diantara pelajar. Bahkan, bukan “hanya” antarpelajar SMU, tetapi juga sudah melanda kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.
1) Dampak perkelahian pelajar

Jelas bahwa perkelahian pelajar ini sangat merugikan banyak pihak. Paling tidak ada 4 dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian jelas mengalami dampak negatif apabila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin yang dikhawatirkan para pendidik, adalah kurangnya penghargaan siswa terhadap perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.

2) Pandangan umum terhadap perkelahian pelajar

Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, atau dari keluarga dengan ekonomi rendah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini, Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 diantaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga ekonominya, sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga yang mampu secara ekonomi.

Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama dikota besar, masalahnya begitu kompleks, meliputi faktor psikologis, budaya, sosiologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), seta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.

3) Tinjauan psikologi penyebab remaja terlibat perkelahian

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam individu (sering disebut kepribadian, walaupun tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarka, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis yang menyebabkan perkelahian pelajar.
a) Faktor Internal

Remaja yabf terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks disini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsangan dari lingkungan yang semakin lama semakin beragam dan banyak. Situasi ini akan menimbulkan tekanan pada setiap orang.

b) Faktor keluarga

Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orangtua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga wajar apabila dia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orangtua yang terlalu melindungi anaknya, menyebabkan si anak ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai identitas yang dibangunnya.

c) Faktor sekolah

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebgai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu, tetapi terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas mengajarnya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu, masalah pendidikan, dan guru jelas memainkan peranan yang penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya jega menggunakan kekerasan dalam mendidik siswanya.

d) Faktor lingkungan

Lingkungan diantara rumah dan sekolah sehari-hari dialami remaja, juga membawa dampak terhadap munclnya perkelahian. Misalnya dilingkungan rumag yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semua itu dapat merangsang remaja erbuat sesuatu dari lingkungannya, kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

5) Faktor penyebab perilaku agresi

Bagi warga jakarta, aksi-aksi kekerasan, baik individual maupun massa, mungkin merupakan berita harian. Saat ini beberapa televisi, bahkan membuat program-program khusus yang menyiarkan berita-berita tentang kekerasan. Hal-hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok. Agresi itu sendiri oleh Murray (dalam Hall & Lindzey, psikologi Kepribadian, 1993) didiefinisikan sebagai suatu cara melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Faktor-faktor yang dapat menadi pemicu perilaku agresi tersebut antara lain:

1) Amarah

2) Faktor biologis

3) Kesenjangan generasi

4) Lingkungan

5) Peran belajar model kekerasan

6) Frustasi

7) Proses kedisiplinan yang keliru.

2.5 Penanganan Masalah Remaja dengan cara Mekanisme Pertahanan Diri

Sebagian individu mereduksi perasaan, kecemasan,stress, ataupun konflik dengan melakukan mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Freud sebagai berikut: Such defense mechanism are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptabla impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).

freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu memersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.

Istilah mekanisme bukan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Berikut beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama remaja yang sedang mengalami pergaulan dahsyat dalam perkembangannya kea rah kedewasaan. Mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa orang yang lain merupakanhasil pengembangan ahli psikionalistis lainnya.

1. Represi

Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti adanya represi, tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan di bawah sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada umumnya, banyak individu yang pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:

a. Individu cenderung untuk tidak berlama-lama mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,

b. Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat ganbar kejadian yang menyesakkan dada,

c. Lebih sering mengomunikasikan berita baik daripada berita buruk,

d. Lebih mudah mengingat hal-hal yang positif daripada yang negative,

e. Lebih sering menekankan kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.

2. Supresi

Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan untuk menjaga agar impuls-impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi, tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas. Ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi), tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).

3. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)

Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi ketika dia merusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara supresi atau represi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tidak jarang dibuat samar dengan menampilkan dan tindakan yang penuh kasih saying, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

4. Fiksasi

Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat bergantung pada individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Remaja yang mengalami perubahan drastic sering dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

5. Regresi

Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali melakukan sesuatu yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respon seperti individu yang lebih muda (anak kecil).

6. Menarik diri

Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya repon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

7. Mengelak

Bila merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

8. Denial (Menyangkal Kenyataan)

Bila individu menyangkal kenyataan, dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsure penipuan diri.

9. Fantasi

Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yangtidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan dapat menimbulkan frustasi.

10. Rasionalisasi

Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alas an yang dapat di terima secara social untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik,atau yang baik adalah buruk.

11. Intelektualitas

Apabila individu menggunakan teknik intelektualitas, dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang sangat amat menekan dengan cara analitik, intelektual, dan sedikit menjauh dari persoalan.

12. Proyeksi

Individu yang menggunakan teknik proyeksi biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering dipergunakan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri peserta didik usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan yaitu dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah maupun pendidik yang mendukung prestasi belajar siswa, sehat, dan menciptakan peserta didik yang bersosial baik.

2. Masalah yang muncul dan dihadapi oleh peserta didik usia sekolah menengah dalam penyesuaian diri timbul dari lingkungan keluarga, kesehatan dan dalam lingkungan sekolah.

3. Terdapat beberapa dimensi karakteristik masalah peserta didik usia sekolah menengah antara lain, dimensi biologis, dimensi kognitif, dimensi moral, dan dimensi psikologis.

4. Beberapa masalah peserta didik usia sekolah menengah adalah permasalahan kesehatan anak usia sekolah menengah, merokok, pola hidup konsumtif, dan perkelahian remaja.

5. Penanganan permasalahan remaja dengan cara mekanisme pertahanan diri yaitu, represi, supresi, reaction formation (pembentukan reaksi), fiksasi, regresi, menarik diri, mengelak, denial, fantasi, rasionalisasi, intelektualisasi, dan proyeksi.

6. Orang yang paling berpengaruh untuk mengarahkan anak dalam masa remaja adalah peran aktif orangtua. Disamping itu, di lingkungan sekolah seorang pendidik yang berperan dalam perkembangan jiwa, selain mengemban fungsi sebagai pengajar.

DAFTAR RUJUKAN

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia Bandung

STL 2

PERCOBAAN 2

SISTEM DENGAN JARINGAN RADIAL

A. TUJUAN

Mahasiswa dapat menganalisa sistem radial dengan program matlab.

B. DASAR TEORI

  1. Diagram Satu Garis

Sistem tenaga merupakan rangkaian listrik yang rumit. Disamping banyaknya macam piranti yang ada di dalamnya, sistem ini juga sistem multifasa (umumnya tiga-fasa), dan ia beroperasi pada banyak tingkat tegangan. Agar analisis dapat dilakukan, maka sistem tenaga harus dapat dinyatakan secara mudah.

Langkah pertama dalam analisis adalah memindahkan rangkaian sistem tenaga ke atas kertas dalam bentuk diagram rangkaian. Diagram rangkaian untuk sistem tenaga berupa diagram satu garis (single line diagram). Diagram ini sederhana namun menunjukkan secara lengkap interkoneksi berbagai piranti. Walaupun hanya satu garis, ia menggambarkan sistem multifasa. Berikut ini contoh dari diagram satu garis.

clip_image002

Gambar di atas, memperlihatkan sebuah generator terhubung Y, dengan titik netral yang ditanahkan melalui sebuah impedansi. Generator ini dihubungkan ke trasformator tiga belitan melalui bus-1. Belitan primer trafo terhubung ∆, belitan sekunder terhubung Y dengan titik netral ditanahkan langsung dan terhubung ke bus-2, sedangkan belitan tertier dihubungkan ∆masuk ke bus-3 untuk mencatu beban.

Dari bus-2 melalui circuit breakermasuk ke saluran transmisi melalui bus-4. Ujung saluran transmisi melalui bus-5 terhubung ke transformator 2 belitan; transformator ini terhubung Y-∆dengan titik netral primernya ditanahkan langsung. Sekunder transformator terhubung ke bus-6 untuk mencatu beban.

Dalam diagram satu garis, impedansi-impedansi tidak digambarkan. Untuk analisis, diagram satu garis perlu “diterjemahkan” menjadi diagram rangkaian listrik model satu fasa seperti terlihat pada gambar di bawah.

clip_image004

Dengan model satu fasa inilah analisis dilakukan. Dalam gambar ini saluran transmisi dinyatakan dengan rangkaian ekivalennya, yaitu rangkaian ekivalen π.

  1. Sistem Per-Unit

Sistem per-unit sesungguhnya merupakan cara penskalaan atau normalisasi. Besaran-besaran sistem dalam satuan masing-masing, tegangan dalam volt – arus dalam ampere – impedansi dalam ohm, ditransformasikan ke dalam besaran tak berdimensi yaitu per-unit (disingkat pu). Pada mulanya transformasi ke dalam per-unit dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan, namun dengan perkembangan penggunaan computer maksud penyederhanaan itu sudah kurang berarti lagi. Walaupun demikian, beberapa keuntungan yang terkandung dalam sistem per-unit (yang akan kita lihat kemudian) masih terasakan dan oleh karena itu kita akan pelajari.

Nilai per-unit dari suatu besaran merupakan rasio dari besaran tersebut dengan suatu besaran basis. Besaran basis ini berdimensi sama dengan dimensi besaran aslinya sehingga nilai per-unit besaran itu menjadi tidak berdimensi

clip_image006

Nilai sesungguhnya mungkin berupa bilangan kompleks, namun nilai basis yang ditetapkan adalah bilangan nyata. Oleh karena itu sudut fasa nilai dalam per-unit sama dengan sudut fasa sesungguhnya. Sebagai contoh kita ambil daya kompleks

clip_image008

di mana αadalah sudut fasa tegangan dan βadalah sudut fasa arus. Untuk menyatakan S dalam per-unit kita tetapkan S basis yang berupa bilangan nyata, sehingga

clip_image010

Didefinisikan pula bahwa, clip_image012

Nilai Sbasis dipilih secara bebas dan biasanya dipilih angka yang memberi kemudahan seperti puluhan, ratusan dan ribuan. Jika Sbasis sudah ditentukan kita harus memilih salah satu Vbasis atau Ibasis untuk ditentukan secara bebas, tetapi tidak kedua-duanya bisa dipilih bebas. Jika kita hitung Spu dari persamaan di atas kita peroleh

clip_image014

Nilai basis untuk impedansi ditentukan menggunakan relasi

clip_image016

Dengan Zbasis ini relasi arus dan tegangan V=Z.I atau Z=V/I akan memberikan

clip_image018 atau clip_image020

Karena Z = R + jX maka,

clip_image022

Jadi tidaklah perlu menentukan nilai basis untuk R dan X secara sendiri-sendiri. Selain itu tidak pula diperlukan menentukan nilai basis untu P dan Q secara sendiri-sendiri pula.

clip_image024

Setelah dilakukan penskalaan menjadi per unit, sistem baru bisa dihitung load flownya.

C. ALAT BAHAN

  1. Komputer / laptop
  2. Software Matlab

D. LANGKAH PERCOBAAN

1. Sistem tanpa trafo

Simulasikan rangkaian di bawah dengan matlab, hitung nilai arus yang mengalir ke beban juga hitung tegangannya.

Simulasikan juga dengan software selain matlab, bandingkan nilainya.

Gunakan base tegangan 13 kV, Power base 10 MVA.

clip_image025

Rubah nilai beban menjadi 300 + j200 Ohm

Simulasikan dengan matlab, hitung nilai arus dan tegangan beban

Tambahkan kapasitor agar daya reaktif bisa dikurangi.

Simulasikan juga dengan software selain matlab.

2. Sistem dengan trafo

Simulasikan rangkaian di bawah dengan matlab, hitung nilai arus yang mengalir ke beban juga hitung tegangannya.

Simulasikan juga dengan software selain matlab, bandingkan nilainya.

clip_image027

Rubah nilai beban menjadi 300 + j200 Ohm

Simulasikan dengan matlab, hitung nilai arus dan tegangan beban

Tambahkan kapasitor agar daya reaktif bisa dikurangi.

Simulasikan juga dengan software selain matlab.

Simulasikan jika terjadi short circuit di beban.

3. Sistem dengan beban motor

Sebuah generator fasa tiga 20 kV, 300 MVA mempunyai reaktansi sub-peralihan

sebesar 20%. Generator itu mencatu beberapa motor serempak melalui saluran transmisi

sepanjang 64 km (40 mil) yang mempunyai transformator pada kedua ujungnya, seperti

diperlihatkan pada diagram segaris dari Gambar 8.5. Motor yang semuanya mempunyai

rating 13,2 kV, dilukiskan sebagai dua buah motor ekivalen saja. Netral dari salah satu motor tersebut, M1, dihubungkan ke tanah melalui reaktansi. Netral dari motor kedua, M2, tidak dihubungkan ke tanah (suatu keadaan yang tidak biasa). Masukan nominal untuk M1 dan M2 berturut-turut adalah 200 MVA dan 100 MVA. Untuk kedua motor itu X" = 20%. Transformator fasa tiga T1 mempunyai rating 350 MVA, 230/20 kV dengan reaktansi bocor sebesar 10%. Transformator T2 terdiri atas tiga buah transformator fasa tunggal masing-masing dengan rating 127/13,2 kV, 100 MVA dengan reaktansi bocor sebesar 10%. Reaktansi seri saluran transmisi adalah 0,5 /km. Gambarlah diagram reaktansi dengan memilih rating generator sebagai dasar pada rangkaian generator.

clip_image029

Simulasikan dengan matlab / power world, hitung nilai arus dan tegangan beban

E. HASIL PERCOBAAN

1. Sistem tanpa trafo

1. Beban 300 ohm

sb=10000000

v1b=13800

zload=300

zline=10+10j

z3b = (v1b^2)/sb

zb=zload/z3b

z2b= (v1b^2)/sb

zln=zline/z2b

ztotal=zb+zln

ztotals=sqrt(10^2+10^2)

Es=13/13

Ipu=Es/ztotals

v3pu=zb*Ipu

v3=v3pu*13

hasil

sb =

10000000

v1b =

13800

zload =

300

zline =

10.0000 +10.0000i

z3b =

19.0440

zb =

15.7530

z2b =

19.0440

zln =

0.5251 + 0.5251i

ztotal =

16.2781 + 0.5251i

ztotals =

14.1421

Es =

1

Ipu =

0.0707

v3pu =

1.1139

v3 =

14.4808

2. Beban 300+j200

sb=10000000

v1b=13800

zload=300+200j

zline=10+10j

z3b = (v1b^2)/sb

zb=zload/z3b

z2b= (v1b^2)/sb

zln=zline/z2b

ztotal=zb+zln

ztotals=sqrt(10^2+10^2)

Es=13/13

Ipu=Es/ztotals

v3pu=zb*Ipu

v3=v3pu*13

Hasilnya..

sb =

10000000

v1b =

13800

zload =

3.0000e+002 +2.0000e+002i

zline =

10.0000 +10.0000i

z3b =

19.0440

zb =

15.7530 +10.5020i

z2b =

19.0440

zln =

0.5251 + 0.5251i

ztotal =

16.2781 +11.0271i

ztotals =

14.1421

Es =

1

Ipu =

0.0707

v3pu =

1.1139 + 0.7426i

v3 =

14.4808 + 9.6538i

clip_image031

2. Sistem dengan trafo

A. HASIL PERHITUNGAN MATLAB BEBAN 300 OHM

SB = 10000000

SBT1 = 5000000

SBT2 = 10000000

V3B = 69000

V2B = 138000

V1B = 13200

VG = 13200

VB = 13800

X11 = 0,1

X12 = 0,08

ZL = 10+10j

Zbeban = 300

Z3B = (V3B)^2/SB

ZLOAD = Zbeban/Z3B

Z2B = (V2B)^2/SB

ZLINE = ZL/Z2B

XT1 = 0,1*((VG/VB)^2)*(10000000/5000000)

XT2 = 0.08*((VG/VB)^2)*(SB/SBT1)

ZTOTAL = ZLOAD+ZLINE+1.8299+0.1464

ES = 13200/13800

Ipu = ES/2,6117

V3pu = ZLOAD*Ipu

V3 = V3pu*69

HASILNYA:

SB =

10000000

SBT1 =

5000000

SBT2 =

10000000

V3B =

69000

V2B =

138000

V1B =

13200

VG =

13200

VB =

13800

X11 =

0

ans =

1

X12 =

0

ans =

8

ZL =

10.0000 +10.0000i

Zbeban =

300

Z3B =

476.1000

ZLOAD =

0.6301

Z2B =

1.9044e+003

ZLINE =

0.0053 + 0.0053i

XT1 =

0

ans =

1.8299

XT2 =

0.1464

ZTOTAL =

2.6117 + 0.0053i

ES =

0.9565

Ipu =

0.4783

ans =

6117

V3pu =

0.3014

V3 =

20.7940

B. HASIL PERHITUNGAN MATLAB BEBAN 300+J200 OHM

SB = 10000000

SBT1 = 5000000

SBT2 = 10000000

V3B = 69000

V2B = 138000

V1B = 13200

VG = 13200

VB = 13800

X11 = 0,1

X12 = 0,08

ZL = 10+10j

Zbeban = 300+200j

Z3B = (V3B)^2/SB

ZLOAD = Zbeban/Z3B

Z2B = (V2B)^2/SB

ZLINE = ZL/Z2B

XT1 = 0,1*((VG/VB)^2)*(10000000/5000000)

XT2 = 0.08*((VG/VB)^2)*(SB/SBT1)

ZTOTAL = ZLOAD+ZLINE+1.8299+0.1464

ES = 13200/13800

Ipu = ES/2,6117

V3pu = ZLOAD*Ipu

V3 = V3pu*69

HASIL:

SB =

10000000

SBT1 =

5000000

SBT2 =

10000000

V3B =

69000

V2B =

138000

V1B =

13200

VG =

13200

VB =

13800

X11 =

0

ans =

1

X12 =

0

ans =

8

ZL =

10.0000 +10.0000i

Zbeban =

3.0000e+002 +2.0000e+002i

Z3B =

476.1000

ZLOAD =

0.6301 + 0.4201i

Z2B =

1.9044e+003

ZLINE =

0.0053 + 0.0053i

XT1 =

0

ans =

1.8299

XT2=

0.1464

ZTOTAL =

2.6117 + 0.4253i

ES =

0.9565

Ipu =

0.4783

ans =

6117

V3pu =

0.3014 + 0.2009i

V3 =

20.7940 +13.8626i

clip_image033

3. Sistem dengan beban motor

PERHITUNGAN MATLAB

VT = 13.2/((sqrt(3))*127)*230

XT1 = 0.1*((20/20)^2)*(300/350)

XT2 = 0.1*((13.2/13.8)^2)*(300/300)

XG = 0.2*((20/20)^2)*(300/300)

Z2B = (0.230/300)^2

ZLINE = 32/176.3

%BEBAN PARALEL

% 1/XM12 = 1/XM1 + 1/XM2

XM12 = 1/5,47

ZTOTAL = XG+XT1+XT2+ZLINE+XM12

ES = 20/20

Ipu = ES/0.741

V3pu = 0.8128*Ipu

V3 = V3pu*13.2

HASIL

VT =

13.8019

XT1 =

0.2745

XT2 =

0.5490

XG =

0.2000

Z2B =

5.8778e-007

VT =

13.8019

XT1 =

0.2745

XT2 =

0.5490

XG =

0.2000

Z2B =

5.8778e-007

ZLINE =

5.4442e+007

VT =

13.8019

XT1 =

0.2745

XT2 =

0.5490

XG =

0.2000

Z2B =

5.8778e-007

ZLINE =

0.1815

VT =

13.8019

XT1 =

0.0857

XT2 =

0.0915

XG =

0.2000

Z2B =

5.8778e-007

ZLINE =

0.1815

XM12 =

0.2000

ans =

47

ZTOTAL =

0.7587

ES =

1

Ipu =

1.3495

V3pu =

1.0969

V3 =

14.4790

clip_image035

Minggu, 11 November 2012

Sistem Pembelajaran Berbasis Audio Video dan RPP

Membuat sistem pembelajaran berbasis audio video

- Sebelum melakukan proses pembelajaran, seorang pendidik mengkaji materi dengan tujuan untuk membuat media pembelajaran berbasis audio video yang disampaikan pada siswa.

- Materi yang digunakan yaitu merakit personal komputer

- Pembuatan pembelajaran audio video menggunakan Powerpoint dan video didalamnya

- Dalam membuat materi dengan media pembelajaran berbasis audio video perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Tulis singkat, padat, dan sederhana.

2. Tulis, seperti menulis berita, pendek dan tepat, berirama, dan mudah diingat.

3. Tidak harus berupa kalimat yang lengkap.

4. Gunakan frase yang dapat melengkapi visual, atau tuntun siswa pada hal-hal yang penting.

5. Hindari istilah teknis, kecuali jika diberi batasan atau digambarkan.

6. Tulislah dalam kalimat aktif.

7. Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata.

8. Usahakan setiap kalimat dalam satu tayangan visual, memakan waktu kurang lebih 10 detik.

9. Setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan keras.

10. Edit dan revisi narasi tersebut bila diperlukan.

- Dalam Powerpoint animasi yang digunakan sederhana, menarik dan tidak rumit.

- Menggunakan warna background yang tidak gelap

- Penempatan video dalam presentasi setelah penyampaian materi oleh guru. Video yang ada berisi tentang langkah-langkah merakit komputer.

- Setelah selesai, cek ulang presentasi yang digunakan. Edit apabila ada kesalahan ataupun kekurangan.

- Dalam proses pembelajaran penyampaian presentasi dilakukan pada kegiatn inti sesuai RPP.

Kelebihan PBK

1. Meningkatkan Interaksi

Interaksi di sini adalah aktivitas pertukaran informasi antara komputer dengan penggunanya dalam hal ini siswa. Ketika komputer menampilkan suatu pesan maka siswa harus meresponnya. Karena kerja komputer berdasarkan respon yang diberikan siswa, maka pelajaran dalam PBK terikat langsung oleh respon yang diberikan siswa. Ketika siswa sedang berfikir mencari jawabnya maka komputer akan menunggu dan ketika siswa belum memahami materi maka petunjuk tambahan sudah tersedia sehingga siswa dengan mudah memahami pelajaran. Dengan PBK maka interaksi antara siswa dengan materi lebih banyak karena siswa langsung menyimak materi tanpa ada rasa takut, terlalu cepat dan sebagainya.

2. Individualisasi

Interaksi merupakan kontribusi utama dalam keefektifannya PBK, tetapi individualisasi lebih condong kepada efisiensi, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

- Interaksi Keefektifan

- Individualisasi Efisiensi

Penggunaan PBK secara perorangan membuat kemungkinan untuk mengawasi pemahaman siswa secara tetap dan respon yang yang diberikan oleh PBK berdasarkan kebutuhan individu siswa (Dance, 1980;Ross 1984 ).

Individualisasi diawali dengan pretest, dimana pretest ini digunakan untuk mengetahui bahwa siswa telah memiliki kemampuan prasyarat yang dibutuhkan untuk kesuksesan belajar siwa selanjutnya. Individualisasi digunakan untuk membuat pelajaran lebih menarik, lebih relevan dan lebih efisien. Dengan kata lain PBK lebih sesuai dengan karakteristik siswa.

3. Efektifitas biaya.

Salah satu alasan kuat digunakannya PBK adalah masalah administrasi, karena penggunaan pelayanan dalam PBK tidak membutuhkan kehadiran seorang guru, PBK dapat digunakan dimalam hari, hari-hari libur yang dimana biasanya guru tidak bisa hadir. Dengan kata lain waktunya bisa kapan saja. Dengan pertimbangan biaya untuk menghadirkan seorang guru dalam sejumlah kelompok kecil siswa mana PBK merupakan satu alternatif yang dapat dipertimbangkan.

4. Motivasi

Banyak siswa yang menganggap bahwa PBK sangat menarik perhatian mereka, walaupun alasan ketertarikan mereka terhadap PBK sangat beragam (Clemen, 1981). Beberapa siswa menyebutkan atau mengatakan bahwa belajar dengan mesin sangat bertentangan/berbeda dengan belajar dengan guru. (Brophy, 1981). Siswa lain mengatakan mereka menyukai PBK karena mereka tertarik pada komputer sehingga pembelajaran menjadi efisien (Bright, 1983), atau dengan PBK maka proses pembelajaran dapat dikendalikan oleh tingkat kemampuan siswa (Hanafin, 1981).

5. Umpan balik

Umpan balik lebih cepat diterima dalam penggunaan PBK dibandingkan media lain yang sulit atau tidak bisa menerima umpan balik, jawaban siswa bisa dievaluasi dengan cepat. Kemampuan komputer untuk mengevaluasi dan merespon lebih cepat dibandingkan kemampuan instruktur. Kemampuan ini membuat PBK efektif dan efesien.

6. Kemudahan penyimpanan data

Pelajaran-pelajaran dalam PBK diprogram secara otomatis terhadap segala aspek penyimpanan (Splittgetber, 1979). Hasil-hasil belajar dapat dicetak, nilai-nilai dapat disimpan.

7. Keutuhan pelajaran

Dengan PBK beberapa bentuk aktifitas seperti membaca, melihat video tape dapat ditampilkan dalam satu layar. Melalui PBK dapat meyakinkan bahwa topik-topik akan disajikan secara utuh. Hal ini berbeda sekali dengan kegiatan pembelajaran yang konvensional apabila guru menjelaskan suatu bagian topik terlalu lama maka topik yang lain mungkin tidak disampaikan karena waktunya sudah habis.

8. Kendali peserta belajar

Salah satu hal yang menarik dari siswa dan PBK adalah terjaminnya kewenangan penuh (otoritas) siswa dalam mengambil keputusan-keputusan penting selama proses instruksional untuk memperbesar hasil belajar individu (Caldwel, 1980, Reigeluth, 1979). Jadi siswa dapat menentukan topic-topik apa saja yang ia sukai dan siswa bebas memilih untuk memulai pelajaran.

Kelemahan PBK

1. Butuh hardware khusus dan mahal

Keterbatasan terbesar dari PBK adalah membutuhkan perangkat keras yang harganya mahal dan sulit didapat.

2. Sulit Mengulang Topik

Berbeda dengan buku bacaan, pelajaran-pelajaran dalam PBK sulit diakses untuk pelajaran yang berikutnya, maksudnya bila hardware tidak tersedia, kita akan mengalami kesulitan untuk mengulang pelajaran yang sebelumnya, atau mengalami kesulitan apabila kita hendak membuatnya sebagai acuan atau referensi ketika mengaplikasikan kemampuan belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan merancang pembelajaran dalam bentuk modul dan membagi beberapa tingkatan menu untuk memudahkan siswa mengulang topik-topik dalam PBK, mencetak ringkasan sub pelajaran sebelumnya.

3. Tergantung pada kemampuan membaca dan visual.

Untuk dapat menggunakan PBK dibutuhkan CRT (Catode Ray Tube), yang juga dikenal sebagai video display/monitor. Oleh karena itu akan sangat membutuhkan pengetahuan visual siswa, karena mayoritas isi pelajaran berupa teks ada dilayar, kemampuan membaca siswa menjadi faktor utama yang mempengaruhi efektifitas dalam pelajaran PBK. Penggunaan grafik secara luas untuk mengirim informasi dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada kemampuan visual dan membaca pada siswa.

4. Grafik tidak realistik.

Dalam banyak kasus, komputer menampilkan grafik atau gambar yang terkadang tidak mewakili objek yang sebenarnya. Terbatas pada warna, kontras, dan membutuhkan waktu untuk menghasilkan suatu gambar yang berkualitas baik. Sering tidak sesuai dalam penggunaan grafik dalam PBK, beberapa sistem komputer mempunyai kemampuan resolusi yang tinggi yang dapat mengatur berbagai macam warna dan teksturnya. Pada komputer tertentu bentuk grafik dan karakter dapat mudah dihasilkan dan juga mungkin dapat disimpan utnuk membuat ilustrasi lain. Untuk meningkatkan resolusi cenderung membutuhkan komputer dengan memori dan kapasitas penyimpanan yang lebih besar.

5. Butuh keterampilan pengembangan tambahan.

Seorang perancang PBK harus memiliki keahlian dan pengetahuan diluar kemampuan yang dibutuhkan dalam memproduksi media pembelajaran lainnya. Seorang perancang PBK harus memahami kelebihan dan kelemahan PBK dan juga harus dapat melibatkan siswa dalam proses belajar tersebut. Perancang PBK juga harus belajar untuk dapat berfikir interaktif (Show, 1985). Perancang PBK harus dapat menyeleksi bacaan yang mendukung dalam memahami cara kerja, kelebihan dan kelemahan sistem komputer, dan harus mempunyai atau memiliki kemampuan bahasa pemograman. Sebagai tambahan seorang perancang PBK harus memahami bagaimana membuat program test PBK, bagaimana mengatur dan mengevaluasi respon siswa. Dan juga kemampuan mengevaluasi keberhasilan dari pelajaran PBK tersebut.

6. Butuh waktu pengembangan yang lama

Walaupun menggunakan bahasa pemrograman komputer yang dapat mempersingkat waktu dalam memprogram pengembangan PBK, tetapi masih ada kendala lain yang membuat waktu yang lama. Proses pengembangan PBK sangat kompleks atau rumit, kita juga menggunakan suara-suara sebagai efek tambahan, dan efek suara tersebut harus sesuai dengan isi materi dan karakteristik siswa serta harus diuji coba apakah semua elemen pendukung PBK telah berfungsi dengan baik, kemudian juga pada tahap evaluasi PBK itu harus diuji coba secara menyeluruh, untuk memastikan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah terlaksana.

7. Kemampuan belajar insindental terbatas.

Pada PBK akan sangat sulit belajar insidental karena PBK berlangsung berdasarkan program yang sudah dibuat sebelumnya. Sulit sekali untuk menambahkan materi-materi baru yang sesuai dengan perkembangan jaman.

8. Kaku

PBK hanya dapat merespon pada input-input tertentu. Contoh, apabila siswa kurang tidur, PBK tidak mengetahui bagaimana keadaaan emosional siswa. Jadi PBK tidak mempunyai hubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kemanusian. PBK hanya menerima apakah tombol-tombol dalam keyboard telah ditekan dengan benar.

Senin, 05 November 2012

Materi dan Atom


Semua benda yang mengisi dan membentuk dunia ini, yang dapat dilihat dengan panca indra disebut materi atau zat. Secara umum materi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu padat, cair dan gas.

Suatu benda bila kita pecah tanpa meninggalkan sifat aslinya, akan kita dapatkan partikel yang disebut molekul. Molekul kalau kita pecah lagi, akan kita dapatkan beberapa atom. Jadi atom adalah bagian terkecil dari suatu partikel/benda.